Monday 24 December 2012

We're The 'Champions', Guys!!


Malam ini, di antara tumpukan materi embriologi, ada suatu rasa yang hadir dalam pikiranku. Rasa yang berbeda dari biasanya. Apapun itu, aku sadar bahwa aku ada.
Kali ini aku belajar dari embrio yang kembali menyadarkanku tentang arti pentingnya hidup ini. Allah swt telah merancang sebegitu sempurnanya proses-proses mulai dari pembuahan sampai sebuah embrio mendetakkan jantungnya. Subhanallah. Aku di sini adalah hasil perjuangan sebuah sperma dan berhasilnya proses pembentukan embrio yang sedemikian rumitnya. Kata orang, “kita adalah juara, kawan”. Ya, dari berjuta-juta sperma yang mencoba masuk ke dalam ovum, hanya satu yang berhasil menembusnya. Bukankah itu adalah anugerah Allah swt yang tak terkira?
                Pelajaran yang bisa aku tanamkan 5 cm di atas keningku (masih terinspirasi film 5cm ^^) adalah bahwa di dunia ini, sekarang ataupun nanti, aku akan menghadapi sebuah persaingan yang tak akan kunjung berhenti. Pasti akan semakin ketat, susah, dan menggoyahkan semangatku. Saat itu, aku berharap aku akan kembali membaca postku ini dan teringat pada semangat yang ada saat aku menulis postingan ini. Yang terpenting adalah bagaimana aku bertahan, bagaimana aku menanamkan api harapan yang tak akan pernah mati sampai kapanpun.

Friday 21 December 2012

Letakkan Mimpi Itu "5cm" di Atas Keningmu!!


Satu lagi film Indonesia berhasil mengisi perfilman di negeri ini dengan kualitas yang mumpuni. Ya, film itu adalah "5cm" garapan sutradara handal, Rizal Mantovani. Film ini diambil dari novel karangan Donny Dirgantoro dengan judul yang sama dan mengandung tema "mimpi, cinta, dan persahabatan".
Jujur, saat pertama kali melihat novel 5cm, aku mendapati novel itu berada di jajaran buku-buku bertemakan bussinessman. Aku yang sempat tertarik dengan cover novel 5cm menjadi berubah pikiran dan berkata dalam hati, "ah, ini pasti cerita tentang pengusaha sukses dilengkapi dengan istilah-istilah ekonomi yang membosankan". So, aku beralih tanpa memeriksa lebih lanjut apa isi sebenarnya novel 5cm itu. *maafkan aku, om Donny*
Setelah masuk SMA dan mulai menginvasi perpustakaan, aku mendapati novel itu berada di deretan novel remaja. Sempat bingung kenapa novel bussinessman itu berada di rak novel remaja. Tapi, sekali lagi aku tak menghiraukannya karena pikiranku masih diliputi "ah, ini kan novel tentang pengusaha sukses itu". *sekali lagi, maafkan aku, om Donny*
Sampai suatu ketika, novel itu menjadi bahan pembicaraan teman-temanku karena berhasil membuat 2 orang temanku yang super tomboy menangis. Bahkan, temanku yang antinovel menjadi penasaran dan membaca novel itu sampai habis. Mungkin kedengarannya lebay, tapi begitulah kenyataannya. Akhirnya, novel itu sampai di tangan Kiki, sahabatku, dan dia langsung menceritakan resensi novel itu. Ceritanya tentang perjalanan 5 orang sahabat menuju puncak Mahameru membuatku yang menyukai novel-novel petualangan semakin penasaran. Dan, saat aku membuktikannya, ternyata novel itu memang sangat inspiratif. Om Donny berhasil membuatku tidak bosan membuka-buka kembali halaman sebelumnya, membaliknya ke halaman selanjutnya, dan seterusnya. Tak hanya cerita tentang cinta dan persahabatan biasa, tetapi juga tentang perjuangan meraih mimpi dan kecintaan terhadap Tanah Air Indonesia. Semua diceritakan di dalamnya dengan gaya anak muda+cuplikan lirik-lirik lagu yang semakin membangkitkan minatku.
Itulah kenapa tanggal 121212 menjadi sangat spesial buatku. Bukan karena angkanya yang unik, tapi karena hari itu film 5cm tayang perdana. Aku sempat kecewa karena aku harus mendelay menonton film itu karena masih harus melewati ujian pre semester. Tapi masa penantianku tergantikan dengan film yang super keren itu. Banyak film yang membuatku kecewa karena berbeda dengan imajinasiku saat membaca novelnya, tapi berbeda dengan 5cm. Rizal Mantovani dengan apiknya membuat pesan di dalam novel tersampaikan. Yah, terlepas dengan semua kekurangan yang ada di dalam film itu, 5cm tetap menjadi salah satu film terbaik di Indonesia.
Yah, gantungkan cinta, mimpi, tekad, dan keyakinanmu 5cm di depan keningmu, jangan sampai lepas! Jangan pernah bertanya apakah mimpi itu akan terwujud atau tidak, cukup mempercayainya! Kebahagiaan adalah milik mereka yang mempunyai impian, dan punya keberanian untuk berusaha mewujudkannya jadi kenyataan!! Jaya terus perfilman Indonesia! ^^

"Yang kita perlukan cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, leher yang lebih sering mengadap ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, dan mulut yang akan selalu berdoa"

Sunday 18 November 2012

I won't Give Up - Jason Mraz

When I look into your eyes
It's like watching the night sky
Or a beautiful sunrise
There's so much they hold
And just like them old stars
I see that you've come so far
To be right where you are
How old is your soul?

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up

And when you're needing your space
To do some navigating
I'll be here patiently waiting
To see what you find

'Cause even the stars they burn
Some even fall to the earth
We've got a lot to learn
God knows we're worth it
No: I won't give up

I don't wanna be someone who walks away so easily
I'm here to stay and make the difference that I can make
Our differences they do a lot to teach us how to use
The tools and gifts we got, yeah, we got a lot at stake
And in the end, you're still my friend at least we did intend
For us to work we didn't break, we didn't burn
We had to learn how to bend without the world caving in
I had to learn what I've got, and what I'm not, and who I am

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up, still looking up.

I won't give up on us (no I'm not giving up)
God knows I'm tough enough (I am tough, I am loved)
We've got a lot to learn (we're alive, we are loved)
God knows we're worth it (and we're worth it)

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up

Closing Porseni 2012 "Theater of Dreams"! Cethar...

"...
Bersenang-senanglah 
Kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan 
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan 
Bersenang-senanglah 
Kar'na waktu ini yang 'kan kita banggakan di hari tua
..."

Atas saran dari seseorang yang miris dengan blogku yang nggak pernah aku isi ini, akhirnya aku mulai menyentuh keyboard lagi untuk mengeluarkan apa yang ada dalam kepalaku.
Yak, satu bulan kemarin FK Undip Prodi Pendidikan Dokter ngadain acara terbesar tiap tahunnya, yaitu Porseni 2012. Acara ini diselenggarakan oleh angkatan 2010 alias SOS dan sebagai pesertanya 4 angkatan (2009-2012) ditambah Coass dan Residen. Na, sebagai puncaknya, diadain Closing Porseni di Krakatau Ballroom Hotel Horison, dengan tema "Theater of Dreams". Sebagai seorang mahasiswi semester 1, aku penasaran dengan acara yang mirip semacam pentas seni di SMA itu, apalagi guesst starnya artis ibukota.
Dan inilah sekelumit kelangsungan acara dari closing porseni itu... Makasih buat angkatan 2010 yang udah menyelenggarakan acara ini.

 
 
 Performance by Radius 2012

  Performance by Medallion 2011

 
 
Performance by SOS 2010

 
 Performance by Medusa 2009

Guesst Star, Sheila on 7

Foto dari Kak B.Ramadhan + Tri Setya Ningrum

Sunday 9 September 2012

Karnaval Pembangunan Desa Kaliabu

Kemarin, hari Sabtu, tanggal 8 Sepetember 2012, desaku tercinta, desa Kaliabu, ngadain suatu event yang udah 5 tahun lebih enggak aku liat. Beruntungnya aku memutuskan hari Jumat pulang ke Magelang, so aku bisa melihat live "Karnaval Pembangunan Desa Kaliabu". Berbagai kesenian tradisional, ungkapan rakyat kecil, kerajinan tangan, dan sebagainya, di'arak' sepanjang lebih dari 8 km. Penontonnya tak hanya masyarakat dari desaku saja, tapi juga desa sebelah, dan bahkan wisatawan asing. Aku bangga terlahir menjadi bagian dari desa kecilku ini. Meski sederhana, setidaknya masyarakat desaku telah memberikan konstribusi terhadap kelestarian budaya bangsa, khususnya dari Magelang. Let's check it out! Inilah sekelumit "view of my village".

Saturday 8 September 2012

Pahlawan Itu Bernama Pak Prapto



Namanya Pak Prapto. Aku mengenalnya kemarin dengan cara yang tak biasa. Meski aku baru beberapa saat mengenal beliau, beliau sudah menjadi pahlawan tanpa tanda jasa bagiku. Di sini aku ingin menceritakan bagaimana aku bisa menemukan sosok semulia beliau di tengah kehiruk-pikukan kota Semarang.
Kemarin aku memutuskan pulang ke Magelang karena ada sesuatu yang bersifat pribadi. Bukan karena aku manja, bukan, tapi karena sesuatu yang ingin aku bicarakan 6 mata dengan orang tuaku. Ok, skip curhatanku itu. Menurut jadwal, aku selesai kuliah Biologi pukul 11.30. Kalau aku langsung pulang ke kost, persiapan, langsung berangkat ke terminal Banyumanik, aku akan sampai ke Magelang sebelum Maghrib. Tapi, manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang menentukan. Ternyata aku ada kuliah Bahasa Inggris bersama kakak semester 3, 5, 7, dan 8. Oh no! Ini akibat pengganti dosen waliku yang mengharuskan anak walinya mengambil mata kuliah yang nggak begitu aku sukai itu. Jadilah aku selesai kuliah Bahasa Inggris pukul 3 sore. Akhirnya aku buru-buru pulang ke kost. Untung ada Ike yang dengan baik hati me”nebeng”iku sampai kost. Alhasil aku tidak sempat mandi, membawa kebutuhan seperlunya, dan langsung check out. Setelah pamit dengan kakak-kakak di kost, masukin baju laundry, dan mengunci kamar kostku, aku berangkat. Yethie menemaniku sampai ke minimarket untuk beli minuman sampai aku mendapatkan angkot. Di sinilah perjalananku dimulai. *terus dari tadi ngapain aja*
Aku naik angkot Johar-Simpang Lima-Sampangan yang katanya sampai depan RS Kariadi. Dengan sangat yakin menaiki angkot itu. Yang aku tempel di kepalaku adalah “aku harus turun di depan RS Kariadi”! So, sebelum aku sampai di depan RS Kariadi, aku nggak bakal turun dari angkot. Ternyata, sebelum sampai depan RS Kariadi, ada traffic light dan angkot itu belok ke kiri, bukan jalan terus sampai depan RS Kariadi. Aku agak curiga, tapi karena aku keras kepala “sebelum sampai depan RS Kariadi”, aku nggak bakal turun, aku tenang-tenang saja. Sampai beberapa saat kemudian, angkot itu belok ke SPBU dan aku memutuskan untuk bertanya kepada supir angkot itu, “pak, kemana bapak akan membawaku”. *nggak begitu juga* Ternyata angkot itu mengarah ke pasar Johar dan hanya akan kembali ke depan RS Kariadi kalau sudah sampai pasar Johar. Aku memutuskan untuk turun di SPBU itu sebelum tersesat terlalu jauh. Untung sopir angkot itu berbaik hati dan hanya menyuruhku membayar Rp 2000,- rupiah.
Aku menyeberang ke jalan menuju depan RS Kariadi dan melihat bahwa jalan menuju tempat itu sangat jauh sekali. Aku merasa bahwa aku ditakdirkan hidup di Semarang untuk berjalan kaki. Nggak kuliah, nggak foto buku angkatan, nggak mencari makan, dan sampai pulang kampong-pun, aku harus berjalan kaki. Aku hanya memanggil-manggil nama ibuku dan menyemangati diriku dengan tujuanku untuk pulang ke rumah dan terbebas dari kepanasan kota Semarang. Sampai di tengah perjalanan, di depan rumah makan Soto Pak No, aku bertemu dengan seorang bapak tua yang menjadi tukan parkir rumah makan itu.
Ragu, akhirnya aku memutuskan untuk bertanya kepada bapak tukang parkir itu. Aku bertanya kemana arah yang mesti aku tuju kalau mau ke terminal Banyumanik. Akhirnya bapak itu berkata kalau jalan yang aku lalui dilewati bis yang menuju ke terminal Banyumanik. Akhirya aku menunggu kedatangan bis itu dengan mengobrol bersama bapak itu. Entah karena aku tak tahu harus mencari siapa lagi, sikap waspadaku yang hilang terhadap bapak itu, atau karena bapak itu seorang yang sangat enak diajak mengobrol, entahlah aku tak peduli. Aku hanya terus mengobrol dengan bapak itu.
Beliau berumur 69 tahun dan menjalani pekerjaan sebagai tukang parkir selama + 10 tahun. Melihat bagaimana beliau yang sudah tidak muda lagi, aku salut dengan semangatnya untuk bekerja. Dua anaknya juga telah menjadi orang-orang yang sukses. Anak pertamanya dulu sempat kuliah di Undip juga, tetapi jurusan Hukum dan anak keduanya sudah lulus dari bangku perkuliahan jurusan Ekonomi. Mereka berdua sekarang sudah berkeluarga dan bekerja sebagai PNS serta tinggal di Kalimantan. Aku penasaran kenapa beliau masih mau bekerja sebagai tukang parkir kalau anak-anaknya sudah sukses seperti itu. Ternyata itu adalah kemauan beliau. Anak-anaknya sudah tidak menghendaki ayahnya bekerja, tapi beliau tetap bersikukuh bekerja untuk mengisi masa senjanya. Lebaran kemarin beliau diajak kedua anaknya untuk tinggal bersama mereka di Kalimantan, tetapi beliau tidak mau. Alasannya adalah karena beliau tidak mau meninggalkan pekerjaannya di Semarang. Jadilah hanya istrinya yang ikut anak-anaknya dan meninggalkan beliau sendiri.
Aku semakin penasaran dengan bapak tukang parkir itu. Aku lalu menanyakan dimana tempat tinggal beliau. Ternyata beliau tinggal di Demak, tempat tinggal kakek-nenekku. Merasa sok tahu daerah Demak, aku menanyakan desa tempat tinggal beliau. Tapi, ternyata beliau justru menceritakan pembagian kabupaten Demak dan sejarahnya. Entah kenapa aku tidak merasa bosan saat beliau menceritakannya, mungkin karena aku sangat tertarik dengan kehidupan bapak itu. Usai menceritakan kabupaten Demak, beliau berkata padaku kalau beliau tidak pernah merasa malu bekerja sebagai tukang parkir. Meski teman-temannya sebagian menghabiskan waktu di rumah dan sebagian lagi punya pekerjaan yang lebih tinggi, beliau tidak merasa rendah diri. Apapun pekerjaannya, asalkan halal, semua sah-sah saja di mata beliau. Beliau justru bisa berolahraga dengan berlari memakirkan mobil yang datang, mengobrol dengan taruna-taruna polisi di sekitar situ, dan mengobrol dengan anak muda tersesat sepertiku. Sungguh, berbulan-bulan aku mencari seseorang yang tulus bekerja, baru kemarin aku menemukannya. Mungkin jika aku berperan sebagai pengunjung rumah makan itu, dan jika saja aku tidak tersesat, aku tak akan menemukan orang semulia bapak itu. Saking kagumnya, aku berkata kalau anak-anaknya pasti nggak bakalan malu dan justru bangga punya ayah seperti beliau.
Setelah sekitar 30 menit aku berdiri di depan rumah makan dan bis yang aku tunggu tidak lewat-lewat juga, akhirnya aku mendapatkan telpon dari budheku yang tinggal di perumahan Halmahera, Semarang, dan beliau bersama pakdheku berencana mengantarkanku ke terminal Banyumanik. Aku bertanya pada bapak itu apa nama daerah itu, dan menjawab pertanyaan budheku kalau aku ada di Kaligarang. Ternyata tempat itu masih sangat jauh dari Banyumanik dan saat itu sudah menunjukkan pukul 5 sore.
Saat menunggu kedatangan mereka, percakapanku dengan bapak itu berlanjut. Meski beliau baru mengenalku beberapa menit sebelumnya, beliau khawatir kalau melihat ada anak muda, perempuan, sendirian, dan buta arah sepertiku, menempuh perjalanan malam hari. Memang waktu itu sudah menunjukkan pukul 5 sore dan sudah dipastikan aku akan sampai Magelang pukul 10 malam akibat kemacetan yang tak terduga. Beliau ingin mengantarkanku terminal Banyumanik tapi berhubung pekerjaannya tidak bisa ditinggalkan, beliau menyarankanku untuk pulang ke kost atau menginap di budheku. Beliau khawatir bis-bis yang seharusnya lewat jalan itu sedang berdemonstrasi akibat huru-hara yang terjadi sekitar Lebaran lalu karena bis-bis harus menuju ke terminal Mangkang yang letaknya lumayan jauh, bukan ke terminal Terboyo yang letaknya strategis.
Percakapan kami berlanjut hingga bertukar pendapat tentang pemerintah yang berencana membangun jalan layang di sekitar Bandara. Berbagai keadaan politik, ekonomi, sosial, dan budaya beliau utarakan, dan membuatku semakin kagum pada beliau. Lihatlah, bagaimana aku, seorang mahasiswa saja, ada yang tak kutahu dari penuturan bapak itu yang notabene seorang tukang parkir. Aku menjadi semakin tertarik bagaimana bapak itu mendapatkan pengetahuan yang sedemikian luasnya. Selain karena tertarik, jujur inilah kesempatanku untuk berlatih public speaking sebelum benar-benar menjadi dokter nantinya. Beliau ternyata suka sekali membuat kliping dari Koran dan disewakan ke anak-anak SMP atau SMA yang membutuhkan. Beliau selalu memisahkan mana berita politik, mana berita olahraga, mana berita tentang selebriti, dan sebagainya. Dan ternyata bapak itu juga bekerja sebagai seorang pelatih tari dan gamelan di suatu sanggar di Demak. Aku berkata kalau harusnya bapak itu mengajariku menari. Haha
Percakapanku sampai pada identitas sebenarnya bapak itu. Karena aku sangat tertarik dengan orang-orang seperti bapak itu sekaligus siapa tahu aku bisa bertemu beliau lagi, aku menanyakan namanya. Nama bapak itu adalah pak Prapto. Ternyata dulu beliau bekerja sebagai kepala sekolah suatu SD di Demak. Dengan percakapan kami yang itu, aku berani mengatakan siapa namaku. Beliau berkata, “beberapa tahun lagi namanya menjadi dr. Debby Fatmala.” Amin, Ya Allah…
Senja mulai menyinari Semarang tercinta. Percakapanku dengan Pak Prapto harus diakhiri mengingat mobil pakdheku sudah terlihat menuju ke arahku. Saat budheku turun menghampiriku, budheku berkata kepada pak Prapto, “ini keponakanmu!” Ya Allah, begitu sempitkah dunia ini? Atau betapa sayangnya Engkau mengirimkan orang semulia beliau untukku? Kawan, bapak tukang parkir itu adalah pakdheku, saudara sepupu dari budhe dan ibuku. Alhamdullillah, aku bertemu dengan pak Prapto, eh Pakdhe Prapto. Ya Allah, ini tak akan terjadi tanpa kehendak-Mu.
Itulah sekelumit ceritaku tentang seseorang yang sangat mulia di negeri ini. Buka mata hati kita dan kita akan menemukan bahwa di negeri yang penuh dengan kebrobokan ini, masih ada seseorang yang masih setia mempertahankan prinsip hidup yang begitu mulia! Makasih, Ya Allah, makasih pakdhe Prapto!

Friday 17 August 2012

Buber 'Bully'



at Armada Town Square + Ayam Penyet Suroboyo
Kenapa aku menamakannya buber 'bully'? Itu karena teman-temanku dengan tulus ikhlas mem'bully'ku sebelum aku ikut PMB yang sesungguhnya. Yah, baik sekali mereka. --" Dan di sinilah aku merasa bahwa kekerenan ITB, UGM, Undip, Unair, dan Poltekkes menjadi runtuh gara-gara kita masuk di PTN itu. Haha, just kidding!
Tapi yang pasti makasih banget teman-teman. Semoga tahun depan kita tetep bisa nglakuin buber yang sama dengan Hendrika dan Afrizal sebagai bosnya. :)

Bangga Anak Negeri

Dirgahayu Indonesiaku yang ke-67!

Di sini kami hanya untukmu
Menyerahkan jiwa ragaku ini
Tak gentar hatiku melangkahkan kaki
Karna satu bangsaku oh Indonesia

Garuda simbol keperkasaan
Merah putih lah tanda kesucian
Dalam balutan jiwa Pancasila
Satukan beragam suku nusantara

Sang garuda terbang di angkasa
Bentangkan sayapnya kobarkan semangatmu
Muda-mudi oh Indonesia
Junjung tinggi dan amalkan Pacasila

Lirik oleh Rizky Damayanti Putri + Rahman Kurniady

Adakah yang masih ingat lagu ini?? :D

Wednesday 1 August 2012

Aku nggak tahu apa yang mau aku post di sini.
Em, oh iya, I just wanna give spirit to my friends!
Allah swt pasti udah nyiapin rencana terbaik-Nya untuk orang-orang sehebat kalian.
Just believe in Allah swt and keep fight!

Sunday 29 July 2012

221B!


Sebulan yang lalu, saat aku akan mengikuti Ujian Tulis SNMPTN, aku tak menyangka kalau aku terlalu terbayang tokoh idolaku, bahkan di detik-detik aku akan mengikuti perhelatan akbar itu. Jadi, waktu itu aku dan ibuku berniat melihat ruangan ujianku di Gedung D3 Teknik Mesin UGM. Dengan rasa takut yang bercampur penasaran, aku masuk ke gedung itu. Saat ada seorang bapak Cleaning Service menanyaiku apa yang aku cari, aku jawab aku mencari ruangan 221 A, sekaligus 221 B, ruang ujian temanku, Ella. Bapak itu kemudian menyuruhku kembali lagi jam 4 karena waktu aku datang, ruangan itu masih digunakan mahasiswa untuk kuliah.
Akhirnya aku kembali ke mobil. Tiba-tiba aku merasa ada yang tidak beres dengan nomor ruang ujianku karena sebelumnya aku memang tidak melihat kartu ujianku. Benar saja, saat aku lihat kartu ujianku, ruang ujianku ternyata bukan ruang 221 A, tapi ruang 218 A. Tentu saja ruang ujian Ella pun bukan ruang 221 B, tapi ruang 218 B. Sempat terpikir kenapa aku bisa terpikirkan angka 221. Melihat persiapan SNMPTN lebih penting, aku tak lagi memikirkan nomor itu.  
 
Akhirnya aku menemukan jawabannya beberapa hari setelah Ujian Tulis SNMPTN. Saat itu, aku berhasil mendapatkan film Sherlock Holmes 2: A Game of Shadow dari temanku. Saat aku berleha-leha menonton film itu, aku sadari kalau rumah Holmes ada di Baker Street nomor 221 B. Astaga, sampai begitukah bayang-bayang Sherlock Holmes merasuki pikiranku. Sampai-sampai nomor ruangan ujian pun bisa terkontaminasi tokoh rekaan itu.
Yap, postinganku kali ini memang terilhami kegilaanku saat ini pada Sherlock Holmes. Meski aku bukan fanatik Holmes, tapi setidaknya aku tahulah tentang Sherlock Holmes. Ada beberapa film dan novel dari berbagai sudut pandang yang berbeda yang aku baca dan nonton. Tapi, dari semua sudut pandang itu, aku masih menyukai duet Sherlock Holmes dan dr Watson karya penulis aslinya, Sir Arthur Conan Doyle.
Maybe it’s not important, but it reminds me about Sherlock Holmes. Yeah, It’s just postingan iseng malam hari. ^^

Saturday 28 July 2012

Lovely HandMark!


“All the tears and laughs, trimmed the things we are done as one… The story will always be memorized all dream that grown on our everlasting… Bopung!

Dipotongnya HandMark itu menandakan Bopung sekarang harus berjuang sendiri-sendiri di bangku perkuliahan nanti. Mungkin dari 2 tahun yang lalu, Bopung masih bisa saling membantu, saling menyemangati, dan saling menyandarkan diri dalam satu atap. Sekarang saat ruang kelas itu tak lagi ada, Bopung harus siap menatap kehidupan yang sedang menunggu di depan sana. Tapi yang pasti, walau dengan bidang yang berbeda, di tempat yang berbeda, dengan kehidupan yang berbeda, aku yakin semangat dan harapan Bopung masih sama, masih dalam satu keluarga yang tak akan pernah terlupakan. HandMark itu sudah menemani perjalanan Bopung dalam menemukan jati diri masing-masing anak. Dari remaja dengan egonya yang luar biasa, Bopung menjadi anak-anak muda yang tahu bagaimana arti sebuah keluarga, arti sebuah perjuangan, arti sebuah pilihan hidup, dan arti sebuah kedewasaan. Tetaplah ingat selalu bagaimana rasa bahagia, sedih, haru, kecewa, kesal, dan bangga menjadi satu rasa yang tak pernah tergantikan, sayang… I love you all, Bops… Don’t forget our adventure in lovely GHS!

Adrian, Afrizal (Ncus), Ngita, Ninda, Ayin, Azhar, Bram, Aku, Doni, Dyah, Ery, Fida, Nana, Chandra, Choi, Dani, Kimpling, Nara, Olyv, Rafi, Rahman, Ratna, Vany, Tije, Kiky, Rini, Riris, Septi, Very, Sistha, Yoval, Papi Lasno, dan Bunda Umami…

Monday 23 July 2012

Marhaban ya Ramadhan...

Wednesday 27 June 2012

Someday


Belajar nulis lirik lagu. Jadi kalau salah grammar nggak apa-apa ya.

The cold weather in July
when my tears drop slowly
You give me shoulder to cease my pain
as thunder accompany the rain
and draw rainbow in the sky

Someday I feel so lonely
just remember how you grab my hand
Stand by me when I'm so fainted

Reff:
Never give up all time
Try to chase our dreams
Bring my day with peace... Someday...
Don't let me cry again
Keep smiling for me
We will be happy... Today...

From the sorrow into the joy
looks like heavy to walk
For a reason I can't understand
even if I stop crying anymore
We have already to fly

Someday I get some troubles
you cheer me on with your fairytale
Together, we create our history

Inspired by my friends

Sunday 6 May 2012

Antara Sepak Bola dan Musik Klasik

Entah mengapa setiap aku melihat sebuah pertandingan sepak bola, aku merasa seperti melihat sebuah konser musik klasik (mulai deh berkoar-koar tak terkendali dan menghubungkan dengan hal-hal lain). Ya, meski aku hanya bisa melihat dua tontonan yang dramatikal itu di layar televisi, tapi sungguh dua hal itu sering membuat bulu kudukku berdiri. Pertama, seperti halnya musik klasik, pertandingan sepak bola selalu menyajikan naik turunnya tempo permainan seiring dengan teriakan penonton di dalam stadion. Bagaikan decrescendo dan crescendo, teriakan penonton dan irama permainan selalu membuat sebuah nada-nada berpindahnya bola dari satu kaki ke kaki yang lain. Kedua, drama menegangkan antara dua tim (adu penalti contohnya) membuat sebuah derap musik klasik mencapai reffnya, klimaks dari sebuah alunan musik. Dan teriakan penonton membuat sebuah perpindahan permainan dari piano ke forte, atau dari tempo slowly ke moderato, dan sebaliknya. Peluit sang wasit juga merupakan sebuah not istirahat atau bahkan merupakan coda dan fade out di akhir pertandingan. Penikmat sepak bola pun akan dihibur dengan permainan staccato saat pemain kesayangannya melewati beberapa pemain seperti yang dilakukan Marcellano tadi pagi. Dan yang terakhir, teriakan dan semangat dari pelatih menjadikan dia seorang maestro dalam membimbing anak-anak asuhnya membuat permainan yang menakjubkan.

Thursday 3 May 2012

God of Study

Meski ada orang yang sering bilang drama Korea itu lebay dan masih kalah dengan film Holywood. Tapi, aku rasa drama korea ini nggak bakalan mengecewakan dan yang pasti bakal kasih sesuatu hal yang sangat berguna, khususnya buat calon-calon lulusan SMA dan calon-calon mahasiswa. Emang drama lama sih, tahun 2010, tapi yang pasti syarat makna. Must watch!
Aku pengen ngepost tripku ke Jogjakarta, tapi ceritanya nanti aja ya... Ini aku share dulu hasil jepretan di pantai Indrayani plus pantai Drini with Bopung... ^^

Wednesday 29 February 2012

Ketika aku melihat sebuah blog dari seorang temannya temanku, aku begitu terpukau. Dia begitu berani menuliskan sebuah harapannya di masa depan. Tanpa takut untuk kalah dalam pertarungan mendapatkan kursi universitas itu, dia menuliskan besar-besar harapannya. Ya, dia begitu berani. Sekarang pertanyaanya, apakah aku berani melakukannya? Apakah aku berani untuk menerima segala hasilnya? Apakah aku mampu mempertaruhkan segala emosi, perasaanku, dan rasa takutku untuk mengungkapkannya... Dan berteriak, AKU PASTI BERHASIL! Dan hari esok biarlah tercipta dari kehendak-Nya. Itu kata positif yang sangat ingin aku katakan.