Friday 16 August 2013

Vaccine: Take Action, Start from Protection for Healthier Generation!

Assalamu'alaikum wr. wb...
Akhi, ukhti, yang buka blogku, cuma numpang lewat, cuma liat, atau apapun itu dan interest terhadap Karya Tulis Ilmiah, Alquran, dan dunia kesehatan, jangan lupa ikutan lomba ini ya.
Jadi, Rohis KU Undip bekerja sama dengan FULDFK menyelenggarakan festival karya ilmiah kajian kedokteran islam:

"IMSF 5 : Islamic Medical Scientific Festival 5"
dengan tema
-Vaccine: take action, start from protection for healthier generation-

Inti dari lomba ini simple, bagaimana kita mengkaitkan ilmu kedokteran dengan ajaran agama Islam...
Ada 4 kategori lomba dalam festival ini:
  1. Gagasan Tertulis
  2. Essay Ilmiah
  3. Poster Publik
  4. Poster Ilmiah
Lomba ini terbuka untuk mahasiswa baik klinis maupun preklinis, baik dari kedokteran umum, ilmu keperawatan, ilmu gizi, farmasi, kedokteran gigi, kebidanan, sampai farmasi.
Pendaftaran dibuka sampai tanggal 30 Agustus 2013, dan penerimaan karya ditunggu sampai tanggal 2 September 2013.

Info lebih lanjut...
twitter: @IMSF_5
blogspot: imsf5-2013.blogspot.com

Hadiahnya lumayan lho, dan bisa tambah pengetahuan dengan kepo tentang dunia kedokteran yang tentunya nggak nyimpang dari agama Islam. So, ayo join! :)

Sunday 11 August 2013

I.C.U

Aku benci ruang ICU, ICCU, PICU, NICU, apapun yang kaitannya dengan ICU. Meski profesiku kelak adalah seorang dokter (amin!), tapi tempat itu benar-benar membuatku nggak sabar berlama-lama di sana. Kenapa? Lihatlah saja dan buktikan sendiri. DI sana, kebahagiaan yang ada hanyalah sebuah kebahagiaan palsu. Senyum yang ada juga hanyalah sebuah senyum palsu. Ekspresi yang ada kalau nggak sedih, tegang, ya gelisah menunggu suatu kepastian yang nggak tahu kapan akan dipastikan. Tempat tujuan pasien di sana juga hanya ada dua pilihan, kalau nggak bangsal ya tempat pemulasaraan. Baik dokter, perawat, pasien, maupun keluarga pasien berada di antara dua dunia. Di sana pula seorang dokter memberikan putusan sulitnya, dan di sana jugalah seorang pasien memperjuangkan kehidupannya.

Sekarang mungkin aku hanya bisa melihat, mendengar, menerka, dan membayangkan apa yang dirasakan sang dokter atau petugas medis di sana. Tapi mungkin beberapa tahun lagi aku akan mengalaminya. Dan saat aku berada di posisi dokter itu, bukan sebagai keluarga pasien seperti hari ini atau dulu, aku berharap bisa mengerti perasaan keluarga pasien itu. Karena sungguh, di ruangan yang dekat sekali dengan ajal itu, siapapun hanya berharap pertolongan Tuhan melalui tangan-tangan petugas medis. So, salah sedikit bisa berakibat fatal. Apalagi bagi masyarakat awam, yang tidak punya pengetahuan medis yang cukup. Yang dapat dilakukan hanyalah pasrah dan mengharapkan keajaiban. Tugas dokter lah sebagai perpanjangan tangan Tuhan di sini untuk menolong pasien itu. Padahal dokter pun hanya manusia yang hanya bisa berusaha sebaik mungkin. Semoga saat itu tiba, aku dan teman-teman sejawatku yang lain tidak lupa dengan hal ini. Amin, ya Allah..