Sunday 6 May 2012

Antara Sepak Bola dan Musik Klasik

Entah mengapa setiap aku melihat sebuah pertandingan sepak bola, aku merasa seperti melihat sebuah konser musik klasik (mulai deh berkoar-koar tak terkendali dan menghubungkan dengan hal-hal lain). Ya, meski aku hanya bisa melihat dua tontonan yang dramatikal itu di layar televisi, tapi sungguh dua hal itu sering membuat bulu kudukku berdiri. Pertama, seperti halnya musik klasik, pertandingan sepak bola selalu menyajikan naik turunnya tempo permainan seiring dengan teriakan penonton di dalam stadion. Bagaikan decrescendo dan crescendo, teriakan penonton dan irama permainan selalu membuat sebuah nada-nada berpindahnya bola dari satu kaki ke kaki yang lain. Kedua, drama menegangkan antara dua tim (adu penalti contohnya) membuat sebuah derap musik klasik mencapai reffnya, klimaks dari sebuah alunan musik. Dan teriakan penonton membuat sebuah perpindahan permainan dari piano ke forte, atau dari tempo slowly ke moderato, dan sebaliknya. Peluit sang wasit juga merupakan sebuah not istirahat atau bahkan merupakan coda dan fade out di akhir pertandingan. Penikmat sepak bola pun akan dihibur dengan permainan staccato saat pemain kesayangannya melewati beberapa pemain seperti yang dilakukan Marcellano tadi pagi. Dan yang terakhir, teriakan dan semangat dari pelatih menjadikan dia seorang maestro dalam membimbing anak-anak asuhnya membuat permainan yang menakjubkan.

No comments:

Post a Comment